Kamis, 17 April 2014

Semoga

tiap pagi
didekap sekecup cinta
dalam cangkir-cangkir teh yang tak henti beruap

mungkin mereka menghangat karena senyummu
begitu kata hatiku

dan disinilah kutitipkan memori indah
yang terekam sejak ku masih bocah dalam buaian
dan akan selalu menjadi tempat pulang
ketika kehidupan mulai letih akan pencarian

semoga


Kamis, 23 Januari 2014

Renungan Hari Ujian

Di saat seluruh usaha keras kita diuji kebenarannya
Itu disebut ujian

Ketika seluruh pemikiran yang kita curahkan diuji keakurantannya
Itu disebut ujian

Ketika beberapa penguji-penguji  “super” mengoreksi tiap tetesan keringat kita
Itu disebut ujian

Selama darah masih mengalir dan tugas kita di dunia belum berakhir
Ujian pasti datang bertubi-tubi

Untuk meluruskan langkah kita
Untuk memurnikan niat kita
Untuk menguji keikhlasan kita
Untuk menempa kekuatan kita

Namun, ternyata Tuhanlah penguji paling spesial
Di penjuru bumi dan langit
Dulu, saat ini, esok
Di tiap jengkal langkah kehidupan kita
Dan bahkan di tiap detik kehidupan di dunia ini
Suatu ujian yang mungkin perlu waktu seumur hidup kita untuk berhasil melewatinya


Dan satu yang perlu diingat,

“SEBESAR-BESARNYA DAN SESULIT-SULITNYA UJIAN, BERHASIL ATAUPUN GAGAL, KITA SELALU PUNYA KESEMPATAN UNTUK MEMPERBAIKI DIRI (a.k.a ujian tahap selanjutnya)” :-D 

Senin, 30 Desember 2013

Tentang Berbahagia part 2


17 Desember 2013

            Huuaaa... Tes PKL di Garuda ternyata susah.. Biarpun udah persiapan  tetep aj susah.. Aduh beteee..??!! LLL



18 Desember 2013

            Gimana iniii... ??!! Keterima gak ya tesnya yang kemaren..?? Apa daftar di tempat lain juga aj yaa? *galaumode: on



19 Desember 2013

            ......... *galau



20 - 21 Desember 2013

           ....... *galau+bete



22 Desember 2013

          Yawdah lah... Coba daftar di JPC juga deh.... Ga ada harapan tembus Garuda kayaknya... :'(




23 Desember 2013

            Oke. Udah daftar PKL di JPC n langsung diterima. Alhamdulillaaah, Ya Allah.. JJ




30 Desember 2013 (hari pengumuman hasil tes di Garuda)

             Lho, tes PKL di Garuda kok keterima juga?  pilih yang mana yaa?Kalau di sini langsung keterima kerja sekalian, ga cuma PKL doang.

            Apa ambil yang di JPC aj ya? Gapapa ga langsung kerja. Ntar cari beasiswa S2 dulu aj...

Waaah... gimanaa..? Binguuuung....!!?? *edisimbulet







Pesan moral : Bahagia bukan tentang apa yang kita dapatkan, melainkan bagaimana kita mensyukuri apapun karunia Tuhan, :D:D:D

Kamis, 12 Desember 2013

Postingan-postingan Baru

Bukan lagi puisi
yang ingin kugurat dalam sepi..
Tapi sebait kisahku
dalam kelebat waktu
yang ingin kubagi pada dunia..
Sebab hidup berbalut cerita
dalam lautan makna..


Hola.. it's me in new stories. Mulai sekarang saya naik pangkat, hehehe.... Dari seorang penulis puisi amatir menjadi penulis cerita *cihuy..  Mulai postingan ini hingga kedepannya saya akan lebih banyak menulis cerita, disamping puisi tentunya.

Mengapa?

Karena, seperti yang saya tulis di muka, hidup ini berbalut cerita dalam lautan makna. Dan itulah yang ingin lebih banyak saya bagi dengan sobat-sobat semua. Mungkin cerita yang akan saya tulis bukan berupa cerpen, karena saya belum bisa bikin cerpen, hahaha... Yang akan saya bagi adalah cerita-cerita sehari-hari atau curhat-curhat saya, dalam bentuk prosa mungkin tepatnya. Yah, doakan saja lain kali saya akan naik pangkat lagi, jadi penulis cerpen, huehehe :)

Saya gak jamin cerita-cerita saya akan jadi cerita yang baik dan menarik. Ini semua hanya usaha saya untuk belajar menjadi penulis yang baik. Karena itu, bagi teman-teman yang sudi membaca, saya mohon untuk ikhlas memberikan komentarnya di bawah. Happy reading :)





Sabtu, 14 September 2013

Tentang Berbahagia


Selalu ada alasan bagi kita untuk berbahagia. Ditengah canda tawa maupun duka yang mendera. Di bawah pelangi sehabis rinai maupun di tengah amuk badai. Dalam hari-hari penuh harapan maupun dalam hari-hari sarat beban.
Sedih itu boleh. Duka itu biasa. Bahkan kadang kala gerimis mengalir di pelupuk mata, menandai hati yang remuk karena realita (ehem.. J). Itu semua boleh karena kita adalah manusia yang memiliki perasaan. Duka dan kesedihan karena aral yang merintangi jalan kehidupan itu kodrati. Karena sesungguhnya kita adalah manusia yang penuh kelemahan.
Namun, bolehlah kita menjadi hamba Allah yang lebih baik dengan banyak bersyukur, dan sebagai bonusnya kita akan menjadi lebih bahagia. Syukur itu adalah ketika kita mampu menikmati kebahagiaan-kebahagiaan yang diberikan Allah, meski kebaikan itu teramat kecil. Ketika kita bangun di pagi hari dengan segar setelah terlelap semalaman, ketika kita masih bisa hidup dan menghirup udara yang bersih, dan ketika kita bisa menikmati sepiring makanan setiap pagi, dimana banyak saudara-saudara kita di negeri-negeri yang jauh menderita kekeringan dan kelaparan. Ingatlah, ketika hidup penuh kekurangan, masih-ada orang-orang di luar sana yang lebih menderita dari kita, dan mereka pun berusaha berbahagia. Maka, syukur juga adalah ketika kita mampu merasakan kebahagiaan ketika sedang berada dalam situasi yang tidak menyenangkan bagi kita.
Terkadang kita merasa diri kita penuh kelemahan, tidak sehebat, sepintar, secantik, dan se se yang lain dibanding kawan-kawan kita. Ingatlah, bahwa Allah pasti menciptakan kita dengan berbagai karakteristik tersebut dengan alasan yang spesial. Misalnya, mungkin kita tidak pintar namun kita memiliki perasaan yang peka dan pemikiran yang sederhana sehingga bisa menjadi seorang kawan yang menyenangkan. Betapa bahagianya mendapati diri kita memiliki banyak sahabat kemana pun kita pergi, dan betapa bermanfaatnya diri kita ketika bisa menjadi tempat berbagi bagi orang-orang tersebut. Mungkin kita tidak cantik molek seperti seorang model, namun karena itulah kita terhindar dari tatapan jahat orang-orang yang mengikuti hawa nafsu. Mungkin kita tidak memiliki apa-apa, harta maupun kelebihan-kelebihan lainnya, namun dengan begitu kita menjadi seorang yang rendah hati dan lebih kreatif dibanding orang lain.
 Bagitu pula bila kelemahan itu adalah kebiasaan atau sifat buruk yang belum dapat kita ubah. Yang satu ini memang kerap membuat orang di sekeliling kita sebal dan kita pun dianugrahi cap-cap yang kurang menyenangkan seperti tukang tidur, si pelit, si malas, dan label-label lain yang mengganggu. Namun tahukah anda? Ada sebuah hadist rasul yang mengatakan bahwa bila hari ini diri kita lebih baik dari hari kemarin, berarti kita termasuk orang-orang yang beruntung. Bila hari ini kita sama seperti kemarin, berarti kita adalah seorang yang merugi. Bila hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka kita termasuk orang-orang yang celaka. Nah, berarti selama kita masih memiliki kekurangan dan kesalahan maka masih terbuka kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri, dan itu membuat kita termasuk dalam kategori orang-orang yang beruntung. Bahkan ada seorang ulama yang berpendapat bahwa ibadah yang lebih utama bagi seorang yang memiliki kekurangan (dalam buku yang saya baca dicontohkan dengan orang yang kikir dalam bersedekah) adalah memperbaiki kekurangannya tersebut, bukan shalat malam, puasa sunnah, maupun ibadah-ibadah sunnah lainnya Pendapat ini bukan bermaksud menggampangkan nilai ibadah-ibadah sunnah, melainkan ingin menegaskan bahwa memperbaiki diri adalah termasuk salah satu ibadah yang utama. Maka, beruntunglah bagi kita yang memiliki kekurangan dan kelemahan karena berarti kita memiliki banyak kesempatan untuk beribadah.
Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk sedih berkepanjangan sehingga melupakan karunia-karunia yang Allah berikan. Rasakan dan hayati berbagai rahmat Allah bagi kita mulai dari yang paling kecil, kemudian ucapkan hamdalah. Karena kata Rasulullah, satu ucapan hamdalah akan dibalas dengan satu pahala, dan bila kita mengucapkannya tiga kali sebagai wujud syukur atas karunia Allah maka satu dosa kita akan diampuni. Maka mulailah melatih kepekaan untuk merasakan daftar panjang nikmat Allah dan ucapkan sebanyak-banyaknya syukur kepadaNya. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hambanya yang diampuni. J   

Jumat, 26 Juli 2013

Saya dan Rasa Bangga

Terdapat satu penyakit hati yang bisa menjangkiti siapa saja, baik orang miskin maupun kaya, orang pandai maupun bodoh, baik orang yang sedang diatas angin maupun yang diujung tanduk, ialah rasa bangga. Rasa bangga sangat berbahaya, karena kerap membuat kita rabun dan kurang waspada. Rabun sehingga terlalu tinggi memandang diri sendiri dan kurang waspada sehingga tanpa sadar kita sedang memimpin diri sendiri ke ambang kehancuran.
Dan sayangnya, itulah yang saya alami. Selama ini saya sering merasa sering lebih baik dari orang lain. Dalam banyak hal, misalnya tanggung jawab, antusiasme dalam menyelesaikan tugas-tugas, semangat dalam belajar  dan lain-lain yang sebenarnya mungkin menurut anda tidak pantas membuat seseorang menjadi bangga (saking remehnya). Namun itulah yang sempat saya alami. Rasa bangga adalah ketika kita merasa telah mencapai sesuatu, dan bisa menjelma kesombongan ketika kita menganggap remeh orang lain yang menurut pandangan kita tidak sama dengan kita. Pun saya, sempat menganggap diri saya lebih karena memiliki hal-hal di atas.
Namun alhamdulillah, mungkin karena lagi puasa (hehehe… ) atau karena menurut Allah inilah saat yang tepat untuk meyadarkan saya supaya tidak kebablasan, akhir-akhir ini Allah sedikit mengingatkan saya lewat suatu pengalaman kecil. Inilah yang ingin saya bagi dengan teman-teman semua.
Seperti biasa, meskipun bukan disengaja, liburan akhir semester genap di kampus saya berjalan bertepatan dengan Bulan Ramadhan. Dan seperti biasa juga, saya sempat bingung bagaimana saya akan menjalani liburan panjang ini. Bayangkan betapa jenuhnya bila kita harus menjalani liburan panjang selama hampir 2 bulan tanpa kegiatan. Karenanya, saya memutuskan melamar ke sebuah biro jasa pembuatan web sebagai salah satu karyawan freelance untuk mengisi liburan ini.
Sayangnya, ternyata saya sedikit salah informasi. Lowongan pekerjaan di biro tersebut ternyata ditujukan untuk yang berminat menjadi karyawan fulltime sebagai content writer. Pada awalnya pemilik biro yang saya temui menunjukkan tanda-tanda kurang berkenan menerima saya karena di biro tersebut karyawan freelance sudah banyak. Namun karena sudah bertekad, saya tetap bersikukuh untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Akhirnya, mungkin karena melihat kesungguhan saya pemilik biro memberi saya kesempatan. Tapi saya diharuskan mengirim beberapa contoh tulisan hari itu juga.
Saya bersedia karena menurut saya pekerjaan itu tidaklah sulit. Cukup menulis 5 hingga 8 artikel tentang tema tertentu dan harus di-approve semuanya oleh editor di biro tersebut. Disamping sedang liburan sehingga banyak waktu untuk mengerjakannya, selama ini saya memang suka menulis dan pernah bekerja sebagai karyawan outsourcing di sebuah situs sebagai penulis profil tokoh. Jadi menurut saya saat itu saya pasti bisa, lah. Saya kan sempat punya pengalaman.
Namun, saya baru ingat ketika sudah ada di rumah, bahwa pekerjaan tersebut tidak akan bisa saya kerjakan setelah liburan ketika kuliah sudah aktif. Biro tersebut meminta saya mengirim artikel yang saya buat setiap harinya maksimal pukul 5 sore. Sedangkan, pada hari biasa di pagi hingga siang hari saya harus kuliah. Bisa jadi, pemilik biro sempat kurang berkenan menerima saya karena pekerjaan tersebut sebenarnya lebih cocok dilakukan karyawan fulltime yang hanya mengerjakan artikel setiap hari dari pagi hingga sore hari. Akhirnya, saya menghubungi pemilik biro untuk menyampaikan pengunduran diri saya.
Saya tersadar, bahwa apa-apa yang saya pelajari di sekolah selama ini belum cukup untuk menghadapi dunia kerja. Karena, setelah saya pikir-pikir, meskipun sebagai karyawan fulltime pun saya mungkin tidak bisa memenuhi standar biro tersebut. Mungkin dari segi keterampilan, misalnya keterampilan menulis dan berbahasa Inggris (karena biro meminta saya mengambil sumber dari web luar negeri) saya masih memenuhi syarat. Namun saya ini orangnya mudah stres dan paling tidak bisa bekerja bila dikejar-kejar deadline, sedangkan pekerjaan tersebut deadlinenya tiap hari (dan mungkin banyak pekerjaan seperti itu) sehingga hampir bisa dipastikan setiap hari saya akan merasa stres. Sekolah biasanya mengajarkan keterampilan atau hardskill, sedangkan softskill seperti kemampuan memotivasi diri, manajemen stres, dan lain-lain harus kita pelajari sendiri.
Saya juga jadi berpikir, teman-teman yang tidak setekun saya waktu sekolah mungkin bisa lebih berhasil karena pada dasarnya mereka orangnya santai dan bisa enjoy dalam menghadapi hidup yang penuh tekanan. Hardskill mungkin lebih mudah dicari dan bahkan bisa dengan cepat kita pelajari waktu sudah bekerja karena saat itu kita langsung praktek, tidak hanya belajar teori. Selama ini saya cukup pede karena nilai-nilai saya di sekolah cukup baik, namun ternyata bukan itu yang benar-benar saya perlukan untuk bisa bekerja dan menghadapi kenyataan hidup selepas kuliah.
Satu lagi, saya jadi sadar bahwa saya tidak harus bangga dengan diri saya karena sebenarnya pencapaian saya selama sekolah adalah lebih karena karunia Allah, karena kebetulan saya ada di tempat yang tepat. Sekolah cenderung mengajarkan hal-hal bersifat akademik dan potensi akademik saya mungkin kebetulan  cukup bagus. Sedangkan, banyak dari teman-teman saya sebenarnya berpotensi di bidang seni misalnya, namun karena sekolah kurang memfasilitasi mereka jadi kurang “menonjol”. Dan malangnya, ada dari mereka menjadi rendah diri dan merasa tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah sehingga menjadi kurang pede.

Alhamdulillah, Allah menyadarkan saya di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Mudah-mudahan Ia juga membantu saya memperbaiki diri dan menjauhkan saya dari sifat bangga dan sombong.J

Selasa, 09 April 2013

Nasehat Seorang Sahabat


Suguhan pagi ini adalah sebuah note milik seorang sahabat yang begitu inspiratif. Tulisan tersebut ditulis oleh seorang anak muda biasa, bukan seorang ahli ilmu agama maupun seorang yang begitu banyak pengalaman dan begitu faham akan lika-liku kehidupan. Tulisan ini begitu sederhana, namun begitu bermakna dan berkesan di hati saya. Dan karena penulisnya juga seorang anak muda seperti saya, saya jadi sadar bahwa saya juga bisa mengadaptasi isi tulisan tersebut ke dalam hidup saya, dalam konteks masalah-masalah yang sedang saya hadapi. Potongan-potongan tulisan tersebut akan saya tampilkan sebagian di sini.
Dan kita tetap akan memiliki kebahagiaan itu. Dan kita juga akan tetap mengalami kesedihan itu walaupun kita tidak memintanya. Dan kita akan hadapi 1001 warna kehidupan yang akan mewarnakan kehidupan kita sendiri.
Saya adalah seorang yang cenderung normatif dan sedikit susah beradaptasi. Namun seiring berjalannya waktu saya semakin sadar bahwa perubahan pasti terjadi. Perubahan bisa saja mengarah ke hal-hal yang positif dan menyenangkan, namun tentunya juga bisa berupa hal yang tidak kita senangi. Perubahan akan selalu terjadi dan tidak akan bisa kita tolak, sehingga satu-satunya hal yang paling mungkin bagi kita adalah menyesuaikan diri dan turut berubah seiring perjalanan waktu.
Kita tidak akan pernah dihidangkan dengan kebahagiaan yang terus menerus. Kita juga tidak akan pernah disajikan dengan kesedihan yang terus menerus. Karena kita akan sentiasa mengalami fase perubahan, sedikit demi sedikit. Sesungguhnya semua benda akan berubah kecuali "perubahan".
Saya pun menyadari bahwa sebagian besar masalah yang saya hadapi melibatkan cara saya menyikapi perubahan, yang adalah salah satu ketetapan Allah bagi alam semesta. Perubahan itu kebanyakan adalah nikmat Allah dalam hidup saya yang diambilNya, misalnya kepercayaan teman, nikmat kesehatan, nikmat kesempatan untuk belajar di tempat yang saya sukai, dan sebagainya. Bisa  juga berbentuk nikmat yang diberikan Allah pada saya, yang sayangnya dulu sempat saya sia-siakan sehingga tidak malah membentuk diri saya menjadi orang yang lebih baik, bahkan mungkin malah membuat saya lupa diri dan sombong.
Dan berjalanlah terus, dan kita akan bahagia..Bahagia dalam perjalanan itu. Kita berlari mengejar kebahagian di sisiNYA..Mengejar DIA yang sebenarnya dekat walau kita rasa jauh. Mengejar cintaNYA walau sebenarnya DIA menyayangi kita lebih dari seorang ibu menyayangi anaknya. Dan kita akan bahagia dengan mengingati DIA, Allah SWT.
Menurut teori ilmu manajemen organisasi yang diajarkan dosen saya di semester-semester lalu konflik mampu mengatasi kelembaman organisasi. Artinya, suatu konflik yang terorganisir mampu mengatasi stagnansi dan menggerakkan suatu organisasi menuju perbaikan. Menurut saya, begitu juga dengan hidup saya dan masalah-masalah di dalamnya. Setelah berhasil sedikit-demi sedikit menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang Allah “hadiahkan” pada saya perjalanan hidup saya menjadi lebih terarah.
Dahulu, karena segala yang saya inginkan seakan begitu mudah saya peroleh, saya sempat menjadi begitu ambisius mengejar beragam keinginan. Keinginan-keinginan memang bisa menjadi trigger bagi kita untuk maju, namun terkadang ia juga bisa menjerumuskan, terutama bila tujuan dari keinginan itu hanyalah dunia. Kita bisa-bisa terjebak dalam kehidupan yang tak ada artinya sama sekali, hanya mengejar nafsu terhadap kenikmatan dunia yang sesaat dan sama sekali tak berdampak positif bagi pengembangan diri kita selaku makhluk Tuhan yang butuh selalu meningkatkan hubungan kita dengan Sang pencipta. Masalah itu ternyata berhasil merubah arah hidup saya. Meskipun seakan “mengemplang” kepala saya dengan begitu keras namun ternyata ia diikuti berbagai perubahan positif yang mungkin tak akan terjadi tanpa shock therapy dari Allah tersebut.
Semoga di masa depan saya bisa menjadi orang yang lebih baik. Berlatih menjalani hidup dengan memandang ke depan sembari sedikit-demi sedikit melepaskan genggaman tangan saya yang mungkin masih berisi kebahagiaan masa lalu yang belum bisa saya relakan, untuk menuju hari esok yang InsyaAllah lebih baik. Di dunia dan akhirat. Amin.