Tercabik sukma, terajah luka
terpasung impian, enggan terbang ke langit senja
dalam perih terurai-urai jarak
dalam rindu terurai-urai waktu
Langkahku ikuti garis nasib
berlarian songsong beribu pagi
biar tuntas segala mimpi
biar tamat sebait elegi
Terisak, terseok, lalu jatuh tak bangun lagi
Mimpiku mimpi mentari di senja hari
nyaris tenggelam di malam sunyi
Tinggallah diri edan ditelan gemuruh hari
Tak henti-henti mengejar mimpi
dalam mabuk asaku abadi
Sabtu, 31 Juli 2010
Senin, 26 Juli 2010
Aku Hidup di Zaman Ini
Aku hidup di zaman ini
ketika para pemimpin mencuri demi memperkaya diri
ketika rakyat kecil biasa menjadi perompak demi sesuap nasi
ketika anak-anak kecil terbiasa melihat kekerasan saban hari
dan ketika wanita-wanita di pinggir jalan menjajakan diri
Aku hidup di zaman ini
ketika orang-orang mulai menggampangkan kecurangan
ketika yang pintar mengeksploitasi setiap kesempatan hanya demi meraup keuntungan
ketika kejujuran dan kebersihan laku seringkali dipadankan dengan kemunafikan
Aku hidup di zaman ini
ketika yang miskin mendengki
dan yang kaya tidak lagi peduli
ketika para pemimpin mencuri demi memperkaya diri
ketika rakyat kecil biasa menjadi perompak demi sesuap nasi
ketika anak-anak kecil terbiasa melihat kekerasan saban hari
dan ketika wanita-wanita di pinggir jalan menjajakan diri
Aku hidup di zaman ini
ketika orang-orang mulai menggampangkan kecurangan
ketika yang pintar mengeksploitasi setiap kesempatan hanya demi meraup keuntungan
ketika kejujuran dan kebersihan laku seringkali dipadankan dengan kemunafikan
Aku hidup di zaman ini
ketika yang miskin mendengki
dan yang kaya tidak lagi peduli
Asa Kebebasan
Nona kecil, bergaun hitam , mencium sedap malam
Berselimut dentam meriam
di kakinya pistol dikokang
Nona kecil, bergaun hitam, mencium sedap malam
asap biru, debu kelabu, bau abu jadi satu
mimpinya semalam jatuh di atas rumpun perdu
Nasar bulu hitam putih
cuci kaki di kali getih
Ah, di manakah kebebasan laksana awan?
Turutkah terbang bersama bulan?
Nona kecil, bergaun hitam, mencium sedap malam.
Tudungnya basah, oleh peluh dan cipratan darah
Adakah jiwa tenangnya mau berkata
Sst, diam, Tuhan marah!
Berselimut dentam meriam
di kakinya pistol dikokang
Nona kecil, bergaun hitam, mencium sedap malam
asap biru, debu kelabu, bau abu jadi satu
mimpinya semalam jatuh di atas rumpun perdu
Nasar bulu hitam putih
cuci kaki di kali getih
Ah, di manakah kebebasan laksana awan?
Turutkah terbang bersama bulan?
Nona kecil, bergaun hitam, mencium sedap malam.
Tudungnya basah, oleh peluh dan cipratan darah
Adakah jiwa tenangnya mau berkata
Sst, diam, Tuhan marah!
Langganan:
Postingan (Atom)