Selalu ada alasan bagi kita untuk berbahagia. Ditengah canda
tawa maupun duka yang mendera. Di bawah pelangi sehabis rinai maupun di tengah
amuk badai. Dalam hari-hari penuh harapan maupun dalam hari-hari sarat beban.
Sedih itu boleh. Duka itu biasa. Bahkan kadang kala gerimis
mengalir di pelupuk mata, menandai hati yang remuk karena realita (ehem.. J).
Itu semua boleh karena kita adalah manusia yang memiliki perasaan. Duka dan
kesedihan karena aral yang merintangi jalan kehidupan itu kodrati. Karena
sesungguhnya kita adalah manusia yang penuh kelemahan.
Namun, bolehlah kita menjadi hamba Allah yang lebih baik
dengan banyak bersyukur, dan sebagai bonusnya kita akan menjadi lebih bahagia. Syukur
itu adalah ketika kita mampu menikmati kebahagiaan-kebahagiaan yang diberikan Allah,
meski kebaikan itu teramat kecil. Ketika kita bangun di pagi hari dengan segar
setelah terlelap semalaman, ketika kita masih bisa hidup dan menghirup udara
yang bersih, dan ketika kita bisa menikmati sepiring makanan setiap pagi,
dimana banyak saudara-saudara kita di negeri-negeri yang jauh menderita
kekeringan dan kelaparan. Ingatlah, ketika hidup penuh kekurangan, masih-ada
orang-orang di luar sana yang lebih menderita dari kita, dan mereka pun
berusaha berbahagia. Maka, syukur juga adalah ketika kita mampu merasakan
kebahagiaan ketika sedang berada dalam situasi yang tidak menyenangkan bagi
kita.
Terkadang kita merasa diri kita penuh kelemahan, tidak
sehebat, sepintar, secantik, dan se se yang lain dibanding kawan-kawan kita.
Ingatlah, bahwa Allah pasti menciptakan kita dengan berbagai karakteristik
tersebut dengan alasan yang spesial. Misalnya, mungkin kita tidak pintar namun
kita memiliki perasaan yang peka dan pemikiran yang sederhana sehingga bisa
menjadi seorang kawan yang menyenangkan. Betapa bahagianya mendapati diri kita
memiliki banyak sahabat kemana pun kita pergi, dan betapa bermanfaatnya diri
kita ketika bisa menjadi tempat berbagi bagi orang-orang tersebut. Mungkin kita
tidak cantik molek seperti seorang model, namun karena itulah kita terhindar
dari tatapan jahat orang-orang yang mengikuti hawa nafsu. Mungkin kita tidak
memiliki apa-apa, harta maupun kelebihan-kelebihan lainnya, namun dengan begitu
kita menjadi seorang yang rendah hati dan lebih kreatif dibanding orang lain.
Bagitu pula bila
kelemahan itu adalah kebiasaan atau sifat buruk yang belum dapat kita ubah.
Yang satu ini memang kerap membuat orang di sekeliling kita sebal dan kita pun
dianugrahi cap-cap yang kurang menyenangkan seperti tukang tidur, si pelit, si
malas, dan label-label lain yang mengganggu. Namun tahukah anda? Ada sebuah
hadist rasul yang mengatakan bahwa bila hari ini diri kita lebih baik dari hari
kemarin, berarti kita termasuk orang-orang yang beruntung. Bila hari ini kita
sama seperti kemarin, berarti kita adalah seorang yang merugi. Bila hari ini
lebih buruk dari hari kemarin, maka kita termasuk orang-orang yang celaka. Nah,
berarti selama kita masih memiliki kekurangan dan kesalahan maka masih terbuka
kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri, dan itu membuat kita termasuk
dalam kategori orang-orang yang beruntung. Bahkan ada seorang ulama yang
berpendapat bahwa ibadah yang lebih utama bagi seorang yang memiliki kekurangan
(dalam buku yang saya baca dicontohkan dengan orang yang kikir dalam
bersedekah) adalah memperbaiki kekurangannya tersebut, bukan shalat malam,
puasa sunnah, maupun ibadah-ibadah sunnah lainnya Pendapat ini bukan bermaksud
menggampangkan nilai ibadah-ibadah sunnah, melainkan ingin menegaskan bahwa
memperbaiki diri adalah termasuk salah satu ibadah yang utama. Maka,
beruntunglah bagi kita yang memiliki kekurangan dan kelemahan karena berarti
kita memiliki banyak kesempatan untuk beribadah.
Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk sedih berkepanjangan
sehingga melupakan karunia-karunia yang Allah berikan. Rasakan dan hayati
berbagai rahmat Allah bagi kita mulai dari yang paling kecil, kemudian ucapkan
hamdalah. Karena kata Rasulullah, satu ucapan hamdalah akan dibalas dengan satu
pahala, dan bila kita mengucapkannya tiga kali sebagai wujud syukur atas
karunia Allah maka satu dosa kita akan diampuni. Maka mulailah melatih kepekaan
untuk merasakan daftar panjang nikmat Allah dan ucapkan sebanyak-banyaknya
syukur kepadaNya. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hambanya yang diampuni. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar